16 Januari 2015

Berdua Nadya Saja

Jadi pas libur panjang  desember kemarin, saya dan nadya  terbang ke Belitung  untuk liburan bersama si ayah. Karena ayah nadya memang bekerja di sana dan menunngu kedatangan kami, jadilah penerbangan ini kami lalui berdua saja. Ini pengalaman pertama buat saya terbang dengan pesawat transit  sendirian membawa seorang batita yang belum genap berusia dua tahun.

Sejak check-in, drama sudah dimulai. Ketika saya mengkonfirmasi bahwa saya membawa seorang infant, si masmas konter check-in meminta saya membawa nadya  untuk memastikan bahwa anak yang akan saya bawa adalah benar-benar  seorang infant. Ketika nadya saya bawa, si masmas  langsung menolak untuk mengkategorikan nadya sebagai seorang infant, meski saya sudah bermodal kartu keluarga yang berisi tanggal lahir nadya, si masmas tetep kukeuh nadya tidak dapat diketegorikan sebagai infant dan saya harus membayar sebesar 1,2 juta untuk tiket nadya. 

Alamak, 1,2 juta bukan duit receh, lumayan buat bayar hotel, lumayan buat beli tiket pulang. Saya benar-benar tidak  rela. Kalau seat yang saya beli terpakai dan nadya bisa duduk disana, saya tidak ada masalah untuk membayar. Lah, ini masih harus saya pegangin dan nadya pun kemungkinan besar tidak  akan mau duduk sendirian. Saya pun keukeuh tidak mau membayar. Namun  di detik-detik terakhir, saya mulai pasrah mau membayar tiket, saya sudah capek berargumen. Namun ternyata si tiket habis. Dan saya langsung bilang ke si masmas kalo saya tidak mau tahu, yang jelas saya harus berangkat sekarang dengan anak saya. Dan ternyata saya dapat dengan mudahnya lewat dan tak ada yang mempermasalahkan hingga kami pun sampai dengan selamat di Pangkal Pinang bahkan hingga sampai ke Tanjung Pandan.

Alhamdulillah, dramanya cuma sampai situ saja. nadya tidak rewel sama  sekali di perjalanan, tidak menangis, tidak minta digendong, tidak merengek-rengek. Saya benar-benar bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada Nadya. Dia begitu senang berjalan-jalan sekeliling bandara yang alhamdulillah, tidak terlalu luas. Berputar kesana kemari, berlari-lari yang mana saya hanya perlu mengikutinya. Dan akhirnya Nadya terlihat mengantuk, meminta susu, minta dipangku sambil duduk dan akhirnya tertidur. Ah, nadya anak baik. Nadya terbangun ketika kami akan boarding menuju Tanjung Pandan dan ia sepertinya begitu menikmati perjalanannya kali ini. Dia tertawa, tersenyum kepada pramugari dan setiap orang  di pesawat yang menyapanya.

Membawa batita memang dibutuhkan persiapan ekstra. Saya pernah beberapa kali travelling sendiri ketika masih berstatus single, saya hanya butuh membawa backpack sedang dan satu tas kecil berisi peralatan kecil seperti handphone dan dompet. Namun membawa batita, persiapan 2-3 kali lebih banyak. Mulai dari toiletries, hingga baju ganti yang 3 kali lipat dari baju saya. Alhasil, 2 tas besar masuk ke bagasi dan satu diaper bag yang saya bawa masuk ke kabin. Isi diaper bag ini tentu tidak simpel, ada satu setel  pakaian ganti, 2 buah disposable diaper, mainan, air minum, susu kotak, tisu kering, tisu basah dan cemilan. Semua untuk mengantisipasi  hal yang bisa saja terjadi selama di perjalanan.

Dan alhamduliillah, semua berjalan lancar, 2 popok cukup, satu terpakai karena memang saya liat sudah cukup penuh, satu lagi untuk antisipasi kalau nadya poop di perjalanan dan itu tidak terjadi. Cemilan masih utuh karena nadya sibuk berputar-putar di bandara dan tidak ingin makan, hanya beberapa kali minum  dan meminta susu ketika dia mengantuk.

Ketika perjalanan pulang dengan rute yang sama, saya sudah banyak belajar dari pengalaman sebelumnya. Saya tidak lagi rempong membawa cemilan, isi tas kabin saya tidak sekomplit ketika berangkat  dan terasa lebih ringan. Tidak ada cemilan, tidak ada mainan. Dan nadya sama seperti ketika perjalanan sebelumnya., begitu excited berkeliling di bandara, tertidur ketika sudah mnegantuk dan terbangun ketika pengumuman boarding. Sepanjang penerbangan kami berdua konser berduet menyanyikan medley lagu favoritnya : Topi saya bundar, cicak di dinding, burung kakak tua dan satu lagu baru, Kasih Ibu. Untunglah tak ada yang protes dan terganggu dengan suara-suara fals kami :-D. Nadya tetap menggemaskan di mata penumpang dan ia tetap tersenyum kepada beberapa penumpang yang menyapanya, dan kadang-kadang mengajak mengobrol. Himgga akhirnya kami sampai di bandara Sultan Mahmud Badaruddin, Nadya masih terus bernyayi :

Topi saya bundar, Bundar Topi saya
Kalau tidak Bundar
Bukan topi saya


Ah, saya begitu bangga kepada nadya. She's a traveller to-be. Perjalanan naik pesawat ini mungkin akan menjadi terbang terakhirnya sebagai infant. Dan kami harus menabung lebih banyak untuk tiket-tiketnya di perjalanan-perjalanan mendatang (Insya Allah). Dan  si emak ini harus banyak-banyak menahan diri dari  belanja sana sini serta berlindung dari godaan online shop yang menguras dompet :-D

-Dian, proud mama of a traveller to be-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar