si lumba-lumba, bermain bola, bermain api, makan dulu. Itulah dia si lumba-lumba
Satu baris lirik lagu diatas adalah lirik yang begitu saya ingat. Salah satu lagu anak-anak populer di era tahun 90an. Meski hafal lirik lagu di atas, saya sama sekali belum pernah melihat lumba-lumba secara langsung. Masa kecil saya cukup awam dengan segala jenis pertunjukkan sirkus apapun, orang tua pun tidak pernah mengajak karena di palembang memang minim pertunjukkan sejenis (atau mungkin kami saja yang kurang informasi :-D)
Maka kemaren ketika ada spanduk bertuliskan acara atraksi lumba-lumba di salah satu mall di kota palembang, saya berinisiatif mengajak Nadya serta dua orang keponakan saya, Fariha dan Faaiz untuk menonton, suami pun mengizinkan.
Jadilah hari minggu kemarin kami berangkat dengan niat mennton acara tersebut. Dan ternyata keramaian yang ada di luar ekspektasi kami. dan antrian sudah begitu panjang, baik antrian masuk maupun antrian tiket.
Ah, rasanya ingin mengurungakan niat, namun melihat bocah-bocah ini yang berharap melihat lumba-lumba dan sudah jauh-jauh dari plaju menuju basuki rahamat (men kato wong plembang "ngandon" :-D), rasanya ya nggak tega dan sayang juga. Akhirnya suami pun rela antri dan untungnya pelayanan tiket lumayan cepat dan tak perlu berlama-lama mengantri. Mungkin karena acara suah sore, sehungga peminat sudah mulai berkurang.
Karena hari masih menunjukkan pukul 15.00 WIB dan kami memang belum sholat Ashar, kami pun memutuskan masuk ke dalam gedung PTC untuk menunaikan Sholat, meski didepan pintu masuk arena sudah panjang antrian penonton untuk masuk namun biarlah, daripada takut kehilangan pertunjukkan, kami lebih takut untuk kehilangan Ashar pada hari itu.
Dan hari masih menunjukkan pukul 15.30 ketika kami kembali ke arena setelah sholat Ashar. Antrian sudah panjang dan berdesak-desakan. Ah, sekali lagi rasanya ingin mundur teratur, namun sayang rasanya. Pergi jauh-jauh, tiket sudah ditangan dan harapan bocah-bocah kecil ini melihat lumba-lumba. Akhirnya, kamipun ikut berbaris di antrian yang berdesakan. Entahlah, mungkin karena kurangnya kesiapan panitia dan mungkin juga adat-istiadat di kota kita ini memiliki kekurangan kepedulian untuk mengantri dengan tertib, antrian pun menjadi berdesak-desakan. Banyak yang akhirnya menyerobot antrian, termasuk kami :-D.
Saya khawatir dengan krucils yang kami bawa, orang-orang banyak yang medesak namun masih dalam tahap aman. tetapi untungnya tiga bocah ini tetap excited dan bersemangat. Nadya sampai digendong di pundak sang ayah, dan ia tertawa-tawa, saya membimbing Fariha dan ayuk ipar saya membimbing Faaiz, dan kamipun masuk arena dengan selamat sentosa dan sejahtera :-D
Ternyata pertunjukkan tak hanya lumba-lumba namun diawali dengan kakatua, berang-berang dan beruang. Menurut kami yang orang dewasa ini, pertunjukkan hewan-hewan itu biasa-biasa saja, namun anak-anak cukup excited, bahkan Nadya yang sedikit mengantuk melek kembali seketika melihat beruang bermain sepeda. Dan tibalah pertunjukkan lumba-lumba menjadi puncak acara. Pertunjukkan cukup seru. Nadya bertepuk-tepuk tangan, Faaiz samapai berdiri sambil bertepuk tangan setiap lumba-lumba selesai melakukan aksinya.
Ah, pertunjukkan lumba-lumba selesai dan tibalah sesi foto. Sebenarnya, sesi foto ini tak terlalu istimewa namun bayarannya begitu mahal. Sekali foto dipatok tari Rp.40.000. Wow, komersial sekalii. Meski begitu, banyak yang membeli tiket foto bahkan membeli lebih dari satu tiket agar masing-masing dapat berfoto sendiri dengan lumba-lumba. Kami hanya membeli satu tiket. Tujuan pun sebenarnya lebih kepada ingin mendekati lumba-lumbanya, agar anak-anak melihat lebih dekat. Nadya senang sekali, dia mengelus-elus punggung lumba-lumba, Fariha pun begitu. Faaiz yang awalnya takut akhirnya berani mendekat. Nadya bahkan tidak mau berdiri. Ketika sesi foto selesai dan panitia meminta kami meninggalkan tempat, nadya masih sempat memegang sirip lumba-lumbanya.
Dan misi melihat lumba-lumba pun selesai.
Tapi, ada yang sedikit mengganggu saya. Di awal pertunjukkan saya, suami dan ayuk ipar sempat bertanya-tanya bagaimana cara mereka membawa lumba-lumba sebesar ini. Apakah mereka menyediakan kolam khusus selama perjalanan. Namun ketika acara sudah akan dimulai hal itu tidak kami pikirkan lebih lanjut. Selain itu saya juga sempat merasa kasian melihat mereka berbaring saat sesi foto. Ratusan orang yang meminta berfoto bersama mereka termasuk kami tentu saja. Apakah mereka bosan, bagaimana bisa mereka sepatuh itu. Saya menduga mungkin mereka sudah terlatih. Dan saya tak memikirkan lebih lanjut.
Jawaban tersebut akhirnya saya dapatkan keesokan harinya. Teman saya berkata bahwa sirkus lumba-lumba adalah ilegal dikarenakan cara mereka membawa lumba-lumba tersebut dimana tidak ada air yang disipkan selama perjalanan. Mereka hanya diberi spons basah didalam kotak seukuran tubuh mereka agar kelembabannya terjaga. Selain itu, saya pun akhirnya meencari informasi tentang sirkus via google search . Ternyata agar mereka mau beraksi, mereka dibuat lapar. Ketika mereka selesai melakukan atraksi, mereka pun diberi makan. Istilahnya mereka dipaksa "memburuh dengan upah ikan mati". Kemudian, mereka pun dilatih dengan cara memberikan hukuman jika mereka tidak menurut. Akhirnya saya mengambil kesimpulan, bahwa sebenarnya tidak hanya pertunjukkan lumba-lumba yang ilegal, namun pertunjukkan seluruh hewan adalah ilegal jika mereka dilatih dengan kekerasan dan hukuman. Dan itu adalah penyiksaan. Ah, ini info yang baru kami ketahui. Maklumlah, kami awam terhadap hal-hal yang berbau lingkungan hidup karena memang baru sekali ini seumur hidup kami melihat atraksi hewan, apapun hewannya.
Mungkinkah hewan-hewan tadi terpaksa dan tersiksa. Wallahu a'lam.
Mungkinkah hewan-hewan tadi terpaksa dan tersiksa. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar