Bicycle races are coming your way
So forget all your duties oh yeah!
So forget all your duties oh yeah!
- Queen (bicycle)-
actually, it was not racing at all. It was just kind of fun riding.
mereka memberinya istilah fun bike
tapi saya lebih suka menyebutnya bersepeda santai beramai-ramai, lebih sesuai dengan kenyataan menurut saya.
Namun kenyataanya adalah, it really turned into a fun bike....
Saya bukan komunitas pencinta jenis sepeda tertentu dan saya pun bukan penganut paham bike to work.
Saya hanya ingin satu kendaraan yang cukup mahir saya kemudikan :-P
dan saya ingin mendayagunakan kendaraan itu sebesar-besar manfaatnya untuk kesenangan saya :-D
sudah lama niat untuk mengikuti ajang bernama fun bike ini.
Sejak kecil,
sejak Ayah membeli dua buah sepeda federal ketika saya masih begitu mungilnya
sejak dulu,
sejak pertama kali belajar untuk menguasai keseimbangan si roda dua ini yang membuat beberapa bagian tubuh saya biru lebam.
sejak lama,
sejak ibu, ayah dan beberapa kakak sepupu saya ikut acara fun bike radio la-nugraha yang mana ketika itu saya dianggap belum cukup umur untuk berpartisipasi didalamnya.
dan baru dua minggu kemarin, setelah belasan tahun lamanya...
cita-cita itu kesampaian *terharu...
bersama teman-teman
Dalilah, Yuk Icik dan kak Sutan
It was fun, it really was.
Awalnya saya seperti mencium tanda-tanda bahwa acara ini akan tidak berjalan lancar.
biasa, jam karet yang menjadi penyakit sebagian besar orang Palembang di semua lini.
Terjadwal jam enam, start baru dimulai setengah jam kemudian demi menunngu sang pembuka acara.
Saya sejenak berfikir bahwa, ah ini tidak ada bedanya dengan biking yang saya lakukan setiap sabtu pagi.
Namun, saya cukup gembira karena ternyata hitungan matematis saya menyimpulkan bahwa saya tetap mendapat keuntungan.
Mari berhitung, dengan biaya "hanya" Rp.20.000 saya sudah mendapatkan kaos dan tentu saja prospek mendapatkan sarapan pagi membuat senyum tetap menyungging di bibir saya hahahahaha
back to the topic, anyway
start berjalan lancar- serasa start MotoGP apa Tour de France saja. Rute awal dirubah karena hari sudah terlalu "siang", memutari Palembang Square menuju Demang Lebar Daun.
Jalan disini ternyata tanjakan dan turunan. Rute yang sebenarnya tidak terlalu jauh terasa begitu jauhnya.
Melihat tanjakan sepanjang jalan ini, saya seperti melihat sebuah masa depan, betis kondean >.<
Nah, tragedi itu terjadi...
ketika sepeda sedang melucur dengan derasnya ditengah turunan, saya melihat Dalilah memperlambat sepeda karena topi yang dipakainya jatuh dan tak lama kemudian tiba-tiba "brak!" suara tabrakan, spontan saya mengerem sepeda saya yang sedang meluncur dengan derasnya ditengah turunan.
Saya menoleh, Dalilah tertabrak.
Alhamdulillah....
Jangan salah paham saya bukan bersyukur karena teman saya tertabrak tapi saya bersyukur karena teman saya "hanya" tertabrak sepeda, bukan sepeda motor ataupun kendaraan yang lebih besar^^
semuanya berjalan lancar sampai kami mencapai garis finish walaupun sepeda dalilah ternyata bengkang (bengkang ini bahasa indonesia bukan??)
Sampai kembali ke Lapangan Parkir GOR Bumi Sriwijaya, ternyata disana terparkir berbagai jenis komunitas sepeda.
ada sepeda ontel Jadul yang beratnya ampun-ampunan.
komunitas low rider dengan sadel pendek dan stang yang membuat bau ketiak terbang keudara.
Dengan bantuan kak Sutan dan sedikit melancarkan jurus sokimutsokkenaldansokdekat, kami akhirnya bisa mencoba satu-satu sepeda yang belum tentu sebulan sekali bisa ditemui.
dan tentu saja tak lupa bernarsis ria dengan sepeda pinjaman ^^
sepeda tandem ini seperti sepeda kembar siam. menempel tapi masing-masing punya organ tersendiri. sadel, pedal dan stang yang terpisah. Memainkannya cukup mudah, terutama model yang kami coba ini. Semua kendali berada pada pengendara depan, yang dibelakang cukup menyesuaikan.
Terlihat seperti sepeda anak kecil??
Ini salah satu sepeda lowrider. Sedikit butuh waktu untuk bisa mengendarainya karena sadel dan pedalnya begitu pendek sedangkan stang-nya lebar dan tinggi. Sadel dan pedal yang pendek itu membuat kaki cukup gampang penat karena kaki serasa tidak bergerak ketika mengayuh dan keseimbangan pun cukup sulit didapat karena bentuk stangnya yang lebar. Tapi lama-kelamaan cukup bisa dikendalikan dan dikuasai dengan baik...
Ini juga salah satu jenis Lowrider, pedal dan sadelnya cukup tinggi sehingga cukup mudah dikendalikan dan cepat dikuasai tapi untuk membawanya dari rumah ke Kambang Iwak, sepertinya tidak...
Nah, kalau ini Sepeda ontel. Komunitasnya stylish sekali. Dengan pakaian jadul dan blangkon yang bertengger indah di kepala, mereka mengayuh-mengayuh dan terus mengayuh tak perduli itu tanjakan ataupun turunan. Tidak terbayangkan oleh saya bahwa sepeda itu begitu beratnya. Sepeda mereka pun dilengkapi dengan bermacam aksesories khas, Melihat mereka, saya serasa sedang nonton Film perjuangan live!
Karena bobotnya yang begitu berat, sadelnya tinggi, pedalnya hanya bisa mengayuh ke depan, saya yang awalnya bersemangat mengurungkan niat untuk mengendarainya. Saya takut terjatuh. Bukan apa-apa, masalah jatuh dan luka, buat saya yang sudah nakal dari kecil ini hal yang biasa. Yang saya khawatirkan kalo terjatuh dan sepeda itu saya kembalikan cacat dan tidak dalam keadaan utuh, saya tidak bisa membayangkan harus menggantinya. Barang antik harganya bisa mencapai puluhan juta, bisa nangis darah saya.. hehehehehe
Oia, perlu saya tekankan sekali lagi bahwa sepeda-sepeda di atas adalah bukan sepeda salah satu dari kami tapi milik orang-orang murah hati yang kami temui namun nama mereka pun tak kami ketahui sama sekali ^^
Dan dengan bangga, saya perlihatkan sepeda milik sendiri ketika kami bernarsis ria di pagi hari \^0^/
aiiihhh,,, iseng2 aku buka blog kw..
BalasHapusternyata diem2 curhat di sini eee,, teernyata setelah lama memendam rasa akhirnya kesampaian juga.. hahaha
what a fun bike!!
hahahhaha
BalasHapusiyo nah, curhat disini baelah...
sedikit pengen dierdayaken kolam ini..
sian iwak2nyo gek mati galo.. :-D
it was!