Saya adalah salah satu yang percaya bahwa anak-anak bisa bermain, berputar, berlari tanpa terlalu banyak larangan dari orang tua. Tentu saja saya sadar bahwa sebagai orang tua keparanoidan akan anak jatuh, terluka dan lain sebagainya pasti ada. Karena nature orang tua adalah protektif , malah terkadang overprotektif. Hanya saja saya mencoba untuk mensugesti kami- saya dan suami- bahwa jatuh, luka kecil dan berdarah ringan adalah hal biasa yang tidak perlu dibesar-besarkan dan salah satu bagian tak terpisahkan dari bermain. Meski tentu pengawasan tetap harus diberikan demi menjaga anak-anak kita dari hal-hal yang menjurus ke arah berbahaya.
Nadya biasa tertawa, berlari-lari hingga capek terkadang hingga terjatuh dan menyisakan lecet di bagian lutut atau telapak tangannya. Namun, saya percaya bahwa hal-hal semacam itu merupakan bagian dari pembelajaran. Luka kecil akan sembuh, lecet akan hilang. Tapi kenangan akan betapa menyenangkan masa-masa dimana ia berlari tertawa bahagia akan selalu berada di sudut memorinya, meski tentu saja ketika dewasa memori masa kecil ini tak akan mampu diingatnya lagi. Dan oh ya, tak perlu khawatir dengan bekas luka. Hal itu adalah salah satu bukti sejarah akan masa kecilnya. Saya sendiri memiliki beberapa bekas luka yang mulai memudar di lutut saya. Dan itu sama sekali tak mengganggu.
Jika Nadya terjatuh, terantuk atau mengalami beberapa kecelakaan kecil saat dia bermain, kami biasanya langsung berlari mendatangi dan mengecek apakah nadya terluka. Bila ia tak mengalami cidera apapun, kami akan membiarkan ia kembali bermain. Bila ia terluka kecil, kami akan membersihkannya, mengobatinya, memeluknya, menenangkannya serta memberikan kata-kata penghiburan. Namun itu tak membuat kami menghalanginya untuk kembali bermain dan melakukan aktivitasnya. Kami percaya, sedikit rasa sakit akan membuatnya banyak belajar dan mengerti bahwa ada rasa tidak enak yang bernama sakit ketika terjatuh, bahwa ada hal yang bernama luka ketika kulit kita mengalami gesekan yang cukup kuat dengan benda kasar, dan bahwa sakit serta luka itu dapat datang namun bisa hilang. Dan kami pun percaya sedikit luka dan sakit ini akan membuatnya mampu memilah dan memilih mana yang berbahaya dan akan menyebabkan terluka dan sakit, mana yang tidak, mana yang sebaiknya dihindari karena berbahaya dan mana yang boleh terus dikerjakannya.
Dan ah iya, satu hal yang merupakan salah satu surga dunia bagi saya ketika kecil adalah "mandiujan"". Demi melihat hujan turun, saya akan meminta izin kepada Ibu dan langsung berlari keluar menikmati tetesan surga ini. Maka, tak ada hal lain yang lebih membahagiakan saya ketika itu. Nadya pertama kali meminta kepada saya untuk mandi hujan ketika ia bahkan belum genap berusia tiga tahun. Waktu itu, kami bersama ayah dan ibu, kakak ipar serta keponakan saya baru saja pulang dari resepsi pernikahan saudara. Sesampainya di rumah, hujan turun begitu deras. Keponakan saya yang sudah berusia tujuh tahun, Fariha dan Faaiz meminta izin untuk mandi hujan. Melihat kedua sepupunya berlari menuju hujan, Nadya pun tak urung menoleh kepada saya, meminta izin untuk mengikuti jejak mereka. Dan saya pun menganggukan kepala, tanda memberinya izin.
Nadya biasa tertawa, berlari-lari hingga capek terkadang hingga terjatuh dan menyisakan lecet di bagian lutut atau telapak tangannya. Namun, saya percaya bahwa hal-hal semacam itu merupakan bagian dari pembelajaran. Luka kecil akan sembuh, lecet akan hilang. Tapi kenangan akan betapa menyenangkan masa-masa dimana ia berlari tertawa bahagia akan selalu berada di sudut memorinya, meski tentu saja ketika dewasa memori masa kecil ini tak akan mampu diingatnya lagi. Dan oh ya, tak perlu khawatir dengan bekas luka. Hal itu adalah salah satu bukti sejarah akan masa kecilnya. Saya sendiri memiliki beberapa bekas luka yang mulai memudar di lutut saya. Dan itu sama sekali tak mengganggu.
Jika Nadya terjatuh, terantuk atau mengalami beberapa kecelakaan kecil saat dia bermain, kami biasanya langsung berlari mendatangi dan mengecek apakah nadya terluka. Bila ia tak mengalami cidera apapun, kami akan membiarkan ia kembali bermain. Bila ia terluka kecil, kami akan membersihkannya, mengobatinya, memeluknya, menenangkannya serta memberikan kata-kata penghiburan. Namun itu tak membuat kami menghalanginya untuk kembali bermain dan melakukan aktivitasnya. Kami percaya, sedikit rasa sakit akan membuatnya banyak belajar dan mengerti bahwa ada rasa tidak enak yang bernama sakit ketika terjatuh, bahwa ada hal yang bernama luka ketika kulit kita mengalami gesekan yang cukup kuat dengan benda kasar, dan bahwa sakit serta luka itu dapat datang namun bisa hilang. Dan kami pun percaya sedikit luka dan sakit ini akan membuatnya mampu memilah dan memilih mana yang berbahaya dan akan menyebabkan terluka dan sakit, mana yang tidak, mana yang sebaiknya dihindari karena berbahaya dan mana yang boleh terus dikerjakannya.
![]() |
Penampakan Bekas Luka Nadya :-D |
Suami saya yang waktu itu baru saja membersihkan diri langsung berlari keluar begitu melihat anak perempuan satu-satunya "kehujanan" , menggendongnya dan membawanya masuk. Nadya pun meronta karena keasyikannya terganggu. Saya pun menjelaskan bahwa saya yang memberinya izin. Suami menegur saya, khawatir Nadya sakit. Saya memberi pengertian bahwa tidak apa-apa sekali-sekali mandi hujan. Ketika saya kecil, saya pun terbiasa mandi hujan dan Alhamdulillah, saya jarang sakit. Dan lihatlah betapa riangnya Nadya bermain hujan.
Suami memang lebih protektif, lebih gampang khawatir terhadap Nadya dibanding saya (Ibu macam apa :-D). Sebenarnya ini hal yang saya syukuri dan banggakan. Saya begitu paham dan maklum akan naluri seorang ayah terhadap anak perempuannya, merawat dan menjaganya bagai gelas kristal yang gampang pecah. Dan begitulah memang seharusnya karena ayah saya pun overprotektif kepada saya bahkan hingga saya dewasa, bahkan hingga sekarang ketika saya telah menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu. Dan tak ada yang salah dengan itu. Kembali lagi ke mandi hujan tadi, Suami akhirnya mengizinkan karena Nadya terus meronta ingin kembali bermain. Alhamdulillah Nadya sehat, tidak ada flu atau demam yang menyusul setelahnya. Ketika terjadi lagi momen mandi hujan ini beberapa bulan kemudian, Suami sudah lebih rileks dan tidak buru-buru mengajak Nadya masuk, malah ikut hujan-hujanan, meski terpaksa karena harus menghidupkan mesin penyedot air dan memakai jas hujan :-D.
Tentu saja, hal-hal semacam ini juga kembali kondisi anak. Bila sang anak memang kondisinya lemah, tidak boleh kecapekan, gampang sakit dan sensitif terhadap udara dingin, sebaiknya memang tidak dibiarkan untuk bermain hingga capek maupun mandi hujan. Intinya bagi orang tua, tak ada hal yang lebih membahagiakan daripada melihat anak tumbuh dengan bahagia, tertawa dan menikmati masa kecilnya, bagaimanapun bentuk dan caranya. Dan bagi saya, yang Alhamdulillah dititipi Allah Nadya yang sampai hari ini (dan mudah-mudahan seterusnya) tidak pernah mengalami masalah kesehatan berarti, bebas bermain dan mandi hujan adalah bagian dari nikmatnya menjadi anak-anak.
Dian
-mama Nadya-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar