20 Desember 2012

I knew I Loved You before I Met You

Assalamualaikum, dedek...

Kamu sekarang berumur 32 minggu. Dan kemarin, Mama dan Ayah ngintip kamu.. Alhamdulillah, wajah kamu terlihat jelas dalam lelapmu.
Kamu meringkuk damai didalam nyamannya rahim Mama.

Ah, berbagai rasa menelusup ke hati Mama. Bahagia, haru, gemas bercampur dengan rasa kasih sayang dan cinta, yang telah timbul bahkan jauh sebelum Mama melihat dirimu.
Harapan Mama hanya satu, sayang..
Bahwa nanti kita bertemu.
Dan Mama tak sabar menunggu hari itu.

28 November 2012

bahagia itu

di masa sekarang, begitu sederhananya ia datang

teman-teman dengan segudang canda dan perhatian.
kalian, iya kalian...

masakan rumah yang tak didapat setiap hari.
ah Jumat, cepatlah kau kemari...

kupu-kupu terbang dan terkadang hentakan gelombang yang begitu ajaib nyata terasa seiring bulan.

dan kamu, sayang...
dengan kesabaran atas segala rewel beberapa bulan terakhir ini,
antusiasmu atas setiap gerakan ajaib itu,
krim antistretchmark dan shower gel passion of manggis :-D
omelanmu atas enam belas yang buat semua sendiku terasa lepas (online shop emang lebih baik, hahaha).
Meski adamu tak setiap saat, kedatanganmu jadi obat paling mujarab.
we love you.

Terimakasih Allah, untuk semua rasa bahagia yang ada.
Alhamdulillah...

06 September 2012

setahun

Tak terasa, cukup sudah bilangan 12 bulan sejak hari itu. Kadang waktu terasa begitu lambat berlalu namun adakalanya, aku tak ingin jarum jam beranjak sedetik pun. Kadang begitu banyak do'a yang kuucap kala meminta namun sering hinggap rasa malu sebab kurangnya syukur atas anugerah yang melimpah.







19 Syawal 1432 H- 19 Syawal 1433 H

31 Agustus 2012

cerita #1


Assalamualaikum, little shiner...

Udah 3 bulan ini Ibu dinyatakan sedang mengandung kamu. Pas kata dokter kamu positif ada,yang keliatan di foto hasil USG itu cuma bulatan kecil,  umurmu 4 minggu 5 hari. Ibu sama Ayah nggak terlalu ngerti. Yang jelas seneng, bahagia karena kamu tiba dikrim dari sana oleh-Nya.

Bulan berikutnya kunjungan, dokter cantik yang kemaren periksa kamu,  lagi ke luar kota. Penggantinya dokter laki-laki. Ah, Ibu risih kalo harus ke dokter laki-laki. Ayahmu juga keberatan. Akhirnya googling sana- googling sini dan ketemulah dokter cantik satu lagi. Alhamdulillah...

Kamu di intip lagi, sayang. Jangan marah ya ^_^. Kali ini bakal tubuh kamu sudah keliatan, panjang kamu sudah bisa diukur. Kata dokter, kamu panjangngya 1,9 cm dan umur kamu 8 minggu 3 hari. Kata dokter, jantung kamu sudah terbentuk. Dokter nunjukkin posisi jantung kamu, tapi Ayah sama Ibu cuma melongo, nggak ngerti yang mana jantungnya. Akhirnya, dokter kasih denger suara jantung kamu. Suaranya kenceng ternyata, kata Ayahmu kyk suara bedug :-D.

Dan sekarang kata dokter, kamu  udah 12 minggu 3 hari. Panjang kamu 5,09 cm. Kurang 2,1 mm dari yang sering Ibu baca di internet. Tapi, nggak apa-apa, kata dokter kamu sehat. Sempat khawatir juga sih, BB Ibu turun 2 kilo. Dokternya sedikit marah karena bisa-bisanya dalam sebulan turun 2 kilo. Bu dokter langsung cek jantung kamu, Alhamdulillah terdengar keras. Ayahmu juga marah karena dari minggu kemaren udah ribut nyuruh minum susu, eh tapi Ibu bandel. Ibu disuruh minum susu 2 gelas. Berhubung sekarang lagi Ramadhan dan kita puasa, jadi Ibu minumnya tiap sahur dan berbuka. Kemaren-kemaren, emang sempat stop minum susu gara-gara abis minum segelas, langsung throw up. Jadi agak trauma tiap liat susu. Tapi sekarang harus dipaksa karena kamu juga udah semakin besar, semakin butuh banyak nutrisi. Ibu janji minum susunya bakal rutin setiap hari.

Kamu itu pengertian banget. Nggak banyak bikin Ibu pontang-panting mual atau muntah. Sempet mual dan muntah juga sih, pas masuk minggu ke 10  kemaren. Mualnya itu ya tiap mau makan. Apa yang dimasukin rasanya nyangkut tiap mau ke pangkal kerongkongan, walaupun  itu cuma jeruk. Sedikit capek juga sih. But, it's ok honey. It's  the art of pregnancy and  that's what makes me feel that I'm a mom-to-be.

Kamu kecil-kecil udah ketemu bulan Ramadhan. Jadinya Ibu ngajak kamu puasa. Pertama agak khawatir juga, tapi Ibu percaya, kamu akan tetap sehat, sayang. Puasa tidak akan membuat kita jatuh sakit, InsyaAllah. Kemaren sudah ke dokter, dan kamu sehat selama 2 minggu puasa ini, walaupun BB Ibu turun. Dan Ibu akan mencoba terus memenuhi nutrisi kamu tiap berbuka dan sahur. Masa-masa mual kemaren sudah terlewati, sayang.  Dan tentu saja, Ibu akan selalu  berdoa kepada Allah meminta perlindungan, Ayahmu di seberang pulau sana juga selalu berdoa, untuk kamu, untuk kita. Aamiin..



Sudah dulu ya ceritanya, little shiner. Tunggu 3 bulan lagi, Ibu pasti punya cerita baru untuk kamu.
Assalamualaikum...

27 Juli 2012

Ibu

"Sungguh kita telah lancang,ketika menyamakan kasih ibu dg sinar sang surya,bagaimana mungkin Matahari terbenam,sedangkan kasihnya tidaklah pudar barang sedetikpun"

Baru saja membaca status salah seorang teman di salah satu  Jejaring Sosial. Tak berapa lama telpon selular saya berdering, di caller id tertera "Ibu". Ah, ibu menelpon di siang hari, tak biasanya.

 "Assalamualaikum.." salam saya,

Ibu menjawab salam saya dan bertanya saya sedang apa. Sejurus kemudian beliau berkata.
"Ibu hari ini masak pindang yo, tadi Ayah ke pasar beli ikan gabus, beli udang samo bayam, nak minta masakken yang mano??".

Saya  terdiam sebentar, tiba-tiba dada saya terasa sesak, mata saya panas dan mulai berkaca-kaca. Saya mencoba menjawab se-biasa mungkin, menutupi  keharuan yang datang tanpa diundang.

"apo bae buk, masak pindang bae jugo dakpapo". jawab saya.
"Yosudah, Ibuk masak pindang yo. Nak minta beliken apo lagi? ado yang dipengenin?" Ibu bertanya lagi.

"katek (tidak ada-bahasa Palembang), buk" jawab saya lagi.
Saya tidak dapat berkata banyak, semakin saya berbicara dan semakin saya mendengar suara Ibu, semakin dada saya sesak. Bahkan ketika menulis ini pun, air mata saya seperti tak ada habisnya.


Ah, Ibu.
Bahkan, sudah sebesar ini, sudah jadi istri orang, sudah akan jadi seorang Ibu (InsyaAllah). Saya tetap gadis kecil-nya seperti 10, 15 bahkan 20 tahun yang lalu.

Seribu tahun pun saya hidup takkan mampu membayar kasihmu Ibu...


“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa


 Jumat, 27-07-2012
13.00


 

22 Juni 2012

Catatan Perjalanan Jilid I : Lombok Trip

Ini kisah perjalanan saya ketika muda dulu, ketika masih gila-gilanya. Catatan ini saya buat di akhir Tahun 2010 namun belum sempat diselesaikan dan dipublikasikan

Kisah ini terjadi pada pertengahan Tahun 2010, ketika saya pertama kali mendapatkan hak cuti tahunan saya.

Begini ceritanya :

Sedikit nekat dan segenggam tekad ditambah secuil rencana, deskripsi singkat yang pas untuk menggambarkan travelling saya kali ini.
Berangkat sendirian dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Pertama kalinya naek pesawat setelah dua tahun dan sendirian! (tanda seru itu lebay cuy…hehe)

Berbagai macam pesan dari Ibu melepas anak gadis satu-satu nya yang akan berangkat menuju Pulau di seberang sana. Salah satu pesan itu berbunyi :
- Ibu : Jangan nyebur-nyebur ke laut, kamu nggak bisa berenang.
saya : Iya bu *cross finger*
(lha, jelas-jelas ini pulau terkenal dengan pantainya bagaimana mungkin tidak ada hasrat main air)

Baiklah, demi menenangkan hati sang Bunda tercinta, semua saya iya kan. Walaupun niat jahat dalam hati untuk melanggar semuanya
(ampuni gadismu ini, Ibu...)

45 menit terbang menuju Soekarno-Hatta yang berdiri megah di Ibukota. Tiga jam transit saya manfaatkan dengan memutari bandara dengan memberinya judul "exploring Soekarna-Hatta", padahal sebenernya cuma muter-muter tanpa arah :-D
Sempat ngobrol dengan adik SMP yang menyarankan saya agar membaca vivanews dot kom, cukup membuat saya merasa punya teman seperjalanan ^^
Akhirnya, menit menit membosankan itu  terlewati tanpa terasa. Rahayu Fitri Purnama Sari, teman kost yang akan menjadi teman setia sepanjang perjalanan pun tiba, pengumuman boarding dari mbak-mbak cantik di ujung microphone sana, dan pesawatpun mengudara.
1 Jam 45 menit di udara dan Selaparang sayup-sayup terlihat di ujung sana. Selaparang tak seperti yang saya bayangkan. Bandara ini begitu kecil, jangankan dibandingkan dengan Sokarno-Hatta, sebanding dengan SMB II pun tidak. Tapi tetap tidak mengurungkan niat kami berdua untuk bernarsis ria selama menunggu jemputan tiba.


Setelah 2 tahun tak bertemu, sahabat tercinta, saudara senasib seperjuangan dalam berjuang menjadi aktivis kost dan tuan rumah yang tempat bermukimnya akan kami jajah selama liburan ini datang menjemput. Saking rindunya, demi melihat tubuh bulat itu tiba kalimat pertama yang saya dan Jajuk ucapkan adalah "Ong, kamu makan apa???"

Sore itu juga bersama teman-teman BPK perwakilan Mataram, kami langsung diajak bersepeda motor ria menuju senggigi.


Speechless.
Itu yang saya rasakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Pulau ini. Saya seperti orang kampung yang pertama kali melihat sebuah kota.
Tak sanggup berkata apa-apa, bahkan puluhan artikel referensi yang sudah saya baca ketika merencanakan perjalanan ini hanya menggambarkan secuil keindahan maha karya Tuhan yang tertangkap lensa mata, bahkan pocket camera yang saya bawa tidak pernah bisa sempurna menangkap keindahannya, atau mungkin saya memang fotografer amatiran :-D



Senggigi di senja hari. Ah, begitu indah pemandangan ini. Terutama bagi saya yang datang dari daerah yang cuma mengenal sungai musi :-).
Don’t get me wrong, saya tetap bangga akan landmark kota saya itu. Jembatan Ampera yang berdiri megah di atasnya bagi saya sudah seperti Goden Gate di San Fransisco hahahahahaha. Hanya saja, pemandangan baru yang sebelumnya hanya saya lihat di televisi atau di majalah-majalah ini tak bisa dibandingkan dengan sungai musi yang saya cintai :-D

Matahari yang perlahan-lahan turun, memancarkan semburat merah keemasan diujung sana.
Ah, Cantiknya...

senggigi di senja hari


Nyatanya, senggigi hanya kulit luarnya saja. Masih ada hasil karya Tuhan lainnya yang akan membuat saya tak henti-hentinya berucap syukur dapat menyaksikannya langsung.

Foto Gunung Rinjani
Itu danau segara anak. Berada di puncak Gunung Rinjani.
Jangan salah sangka, saya tidak sampai mendaki Dewi Anjani,
 walaupun akan sangat terlihat begitu keren sekali kalau memang saya mendakinya :-)
Itu hanya gambar dari Pos Pendakian di kaki Gunung Rinjani yang kami datangi, tepatnya berada di desa Senaru dan kesanalah kami berpetualang di hari kedua.




Berangkat dari Mataram puku 09 pagi WITA, molor dari rencana awal yang maunya berangkat jam 07 pagi karena wanita-wanita ini tenyata adalah tukang tidur kelas kebo stadium tinggi.
Perjalanan menuju Senaru diisi dengan obrolan dan sesi Budaya Nusantara dengan narasumber si Bapak Sopir yang ternyata adalah orang Lombok asli.

Bagi masyarakat di Pulau Lombok, tidak ada ceritanya anak gadis pergi berdua hingga melewati pukul 10 malam bersama teman laki-lakinya. Bila itu terjadi, bersiap-siaplah untuk segera dibawa ke hadapan penghulu dan mengucapkan janji suci pernikahan. Namun kemudian, pada perkembangan selanjutnya, hal ini dimanfaatkan bagi para sepasang kekasih yang tidak direstui untuk mencari celah agar direstui.

Ritual ini sering dinamakan “penculikan”. Si laki-laki berpura-pura menculik sang perempuan yang sebenarnya pergi secara sukarela. Pada akhirnya mereka akan pulang dengan sendirinya dan karena “penculikan” telah terjadi, mau tidak mau orang tua harus merestui, bila tetap tidak direstui bersiap-siaplah untuk dibawa ke pengadilan adat dan bersiap-siap pula menerima kenyataan bahwa sang anak akan menjadi “tidak laku” karena sudah pernah dibawa oleh laki-laki lain.
Hmmm, adat yang cukup unik. Saya sendiri tidak pernah terfikir untuk menikah dengan cara seperti itu hehehehehe.

Perjalanan menuju Senaru memakan waktu lebih kurang 2 jam. Sepanjang perjalanan saya tidak rela membiarkan mata ini terpejam. Pemandangan di luar sana terlalu indah untuk diabaikan. Hutan-hutan tropis lebat diatas perbukitan, sawah-sawah yang masih hijau terhampar luas, padang rumput di beberapa bagian dan tentu saja laut lepas yang biru di sepanjang sisinya. Bagaimana bisa saya membiarkan mata ini terpejam, walaupun rasa kantuk kadang-kadang cukup menggoda kelopak mata.

Tiga Petualang
Senaru adalah sebuah desa yang didalamnya bermukim Suku Sasak, suku asli Pulau Lombok. Tapi nanti dulu, sebelum masuk ke bagian suku Sasak, saya akan bercerita tentang perjalanan kami mendaki dan menuruni bukit taman wisata demi melihat air terjun terbesar di Pulau Lombok bernama Sindanggile. Untuk mencapai air terjun ini-bagi tiga perempuan yang belum berpengalaman dengan hal-hal jelajah alam- cukup melelahkan walaupun tangga-tangga permanen yang cukup membantu sudah banyak disediakan. Namun, pegal dan capek itu tidak terasa karena kami lalui bersama-sama dan cukup terbayar dengan pemandangan hutan tropis nan alami di sepanjang perjalanan, sungai kecill dimana air jernih mengalir segar yang kami lewati dan tentu saja bernarsis ria bersama-sama \^_^/

Dan tahukah kalian bahwa lelah dan capek itu terbayar lunas setelah menyaksikan betapa terlihat megahnya Sindang Gile ini. Air terjun setinggi (haduh, saya agak goblok kalo soal estimasi ketinggian, yang jelas amat sangat jauh lebih tinggi dari tinggi badan saya yang hanya 149,5 cm ^^)

Air Terjun SIndang Gile
Air terjun ini masih begitu alami, bersih. Tidak banyak orang disana ketika itu. Saya puas bermain air disana. Gemuruh suara air terjun, hembusan angin dari hutan yang mengelilinginya. Rasanya benar-benar tidak ingin beranjak.

Puas bermain air, foto-foto sana-sini.Tiga bidadari plus seorang bidadara yang di plot sebagai Fotografer ini pun bersiap kembali ke peradaban. Kembali mengarungi dakian dan turunan. Lelah dan capek itu ternyata baru terasa kemudian. Bahkan sepertinya menggerakkan tubuh pun serasa mengangkat beban berat.

Segera setelah bertemu makanan, kami  pun refresh kembali. Dan siap untuk perjalanan selanjutnya.Tidak sengaja ditengah istirahat kami, kampung tersebut ternyata sedang mengadakan ritual acara pesta pernikahan. Ritual ini cukup unik, mempelai perempuan diarak berjalan kaki menuju ke rumah sang mempelai laki-laki. Bayangkan, betapa capeknya pengantin perempuan ini. Masih mending jika rumah sang pengantin laki-laki berada satu kampung dan hanya kelang satu-dua rumah tapi bila kiloan meter jarak yang ditempuh? Make up luntur dan kaki dengan high-heels di tumit bisa membuat betis kondean seketika.
Sungguh terlalu....

Arak-arakan Pengantin


menampih sekam
Karena rangkaian ritual arak-arakkan pengantin yang memakan waktu cukup lama dan membuat kami terjebak tidak bisa keluar, si bapak sopir berinisiatif mengajak kami mengunjungi perkampungan suku sasak tidak jauh dari sana. Suku ini sepertinya masih cukup tertinggal di tengah kehidupan yang modern. Rumah-rumah mereka terbuat dari jerami (sepertinya) dan si Bapak Sopir berkata bahwa mereka belum hidup dengan listrik. Suku ini beragama Islam namun mereka hanya menjalankan tiga waktu shalat dan mereka menyebutnya waktu tiga. Saya tidak terlalu melihat banyak laki-laki disini. Hanya mengobrol sepintas lalu dengan nenek-nenek yang sedang menampih sekam, serta seorang Ibu bersama anaknya yang sedang melumuri rambut dengan santan. Mungkin ini keramas ala suku sasak.

Arak-arakan selesai, keramaian bubar dan jalan pun terbuka lebar. Lelah membuat kami pun tertidur selama perjalanan pulang.


Oia, hampir lupa.
Malimbu.
mereka menyebutnya begitu.
Sore hari, Matahari kembali ke peraduannya dengan begitu indah, meninggalkan kami yang terpana menatap keanggunannya, menampilkan lukisan Tuhan yang tak satu pelukis besar pun  mampu menandinginya.

Pemandangan di Malimbu

The Gilis

Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Tiga pulau kecil di Nusa Tenggara Barat yang (ternyata) begitu terkenal. Saya baru tw tentang ketiga pulau kecil yang terpisah dari Pulau Lombok itu setelah bertanya pada Om Google.
Gili Trawangan, pulau terbesar diantara tiga pulau kecil ini, yang mendapat kehormatan untuk kami datangi :-P. Selain memiliki akses yang paling mudah, cukup dengan menumpang public boat seharga sepuluh ribu sekali menyebrang, Trawangan juga memiliki fasilitas paling lengkap. Transportasi, penginapan, tempat penyewaan peralatan snorkling dan diving tersedia lengkap. Namun, jangan berharap untuk menemukan kendaraan bermotor disini. Seperti yang telah banyak diceritakan oleh puluhan artikel yang dapat ditemukan di Google search, Pulau ini bebas asap kendaraan bermotor. Yang ada hanyalah kereta kuda sejenis delman yang disebut cidomo dan sepeda yang tempat penyewaannya dapat dengan mudah ditemukan disekitar Pulau.
Saya dan teman-teman akhirnya prefer sepeda dibanding cidomo, sepeda lebih fleksibel digunakan, terserah kita mau kemana tidak bergantung dengan si kuda dan kusirnya. Lagipula, saya agak kurang tahan bau kudanya, lebih parah dari bau binatang yang saya suka sekali kalo disate terutama digule :-D

Gili Trawangan memang cocok untuk di eksplore dengan sepeda. Kita bisa berhenti sesuka hati kita untuk mengambil gambar atau duduk sejenak menikmati hamparan laut biru nan luas. Turis asing dari berbagai negara pun banyak yang menyempatkan diri mengelilingi Trawangan dengan sepeda. Rata-rata mereka adalah turis Eropa namun ada pula satu-dua gadis-gadis dengan rambut lurus hitam bermata sipit yang saya temui sepanjang perjalanan. Pun ada yang mungkin dengan sengaja ke Pulau ini untuk sesi pengambilan foto kalender :-D, seperti dua bule Prancis ini:

Sehari penuh kami habiskan di Pulau Indah ini. Setiap sudut Pulau adalah godaan untuk bernarsis ria mengabadikan setiap pemandangan yang bahkan sepuluh tahun sekali pun belum tentu bisa saya lihat dengan mata kepala sendiri. Ketika senja mulai merambat, waktu untuk meninggalkan pulau indah ini pun tiba. Sebenarnya, penginapan bertebaran disini, namun harga semalam yang mencapai langit dan dapat membuat gaji tanggal satu ludes di tanggal dua, niat yang tidak pernah ada itupun diurungkan.

Malamnya, kami menikmati sajian khas Lombok, Ayam Taliwang dan Kangkung Pelecing. Ayam Taliwang ini semacam ayam berbumbu pedas. Ayam yang digunakan adalah ayam yang belum dewasa, kira-kira remaja-lah, dan disajikan utuh. Dan Kangkung Pelecing, teman saya mengingatkan kalau kangkung ini bukan main pedasnya dan dia khawatir kalo saya tidak akan tahan dengan rasanya. Tapi, jangan bilang saya orang palembang . Dan benar saja, rasanya tidak terlalu mengezutkan lidah saya yang memang kecanduan makanan pedas. Namun rasa bumbunya cukup lezat, pantas saja makanan khas Lombok yang aslinya berasal dari Kampung Taliwang ini diminati wisatawan lokal maupun asing.

Ah, seharian menikmati keindahan alam diakhiri lezatnya panganan. Kami pun pulang dengan hati senang dan perut kenyang.

Mengelilingi kota Mataram, menjadi agenda terakhir kami selama di Lombok. Tentu saja tujuan utama adalah mencari buah tangan untuk dibawa ke kampung halaman. Toko Arief menjadi persinggahan pertama kami untuk mencari kaos-kaos bertema Pulau Lombok. Disini kita bisa mendapatkan kaos-kaos dengan harga cukup murah berkisar Rp15.000 hingga Rp40.000 dan kami pun dengan sedikit kalap membeli beberapa kaos, entah kepada siapa akan diberikan. Selanjutnya, tentu saja berburu Mutiara. Mutiara-mutiara Air tawar bisa didapat dengan harga cukup murah, gelang-gelang berkisar antara Rp10.000 hingga Rp50.000. Namun, keindahan Mutiara-mutiara ini tidak dapat dibandingkan dengan keindahan mutiara air laut. Keindahannya pun berbanding lurus dengan harganya. Satu butir mutiara air laut beratnya berkisar 1-4 gram, dan satu gram-nya bisa mencapai Rp.400.000. Pffh, niat saya untuk membelikan Ibu saya kalung bundar full mutiara air laut luntur sudah. Maklum orang awam, tidak tahu jika harga Mutiara air laut sebegitu mahalnya. Yah, akhirnya kami membeli beberapa gelang Mutiara air tawar sebagai buah tangan.

Segera setelah mendapatkan semua barang yang diinginkan, kami buru-buru pulang karena hari menunjukkan tanda-tanda akan hujan. Kami pun bergegas mencari ojek. Benarlah dugaan kami,  hujan pun  tumpah dan kami kehujanan diatas roda dua di tengah perjalanan. Entah mengapa kami naik ojek seharga Rp10.000 padahal taksi bluebird dapat kami tumpangi dengan harga yang sama tanpa harus didera hujan-badai :-D

Dan berakhir sudah petualangan kami karena besok burung besi akan menerbangkan kami pulang ke kota masing-masing dan berkutat kembali dengan kesibukan rutin yang membuat pusing.


-Oktober 2010, diselesaikan Desember 2011-
Terimakasih kepada Rahayu Fitri Purnama Sari, teman seperjuangan dan seperjalanan
Dian Ratih Fikamissa Falegy atas tumpangan hotelnya dan teman-teman BPK perwakilan Provinsi NTB

07 Juni 2012

"I'd imagine the whole world was one big machine. Machines never come with any extra parts, you know. They always come with the exact amount they need. So I figured, if the entire world was one big machine, I couldn't be an extra part. I had to be here for some reason. And that means you have to be here for some reason, too."

"Maybe that's why a broken machine always makes me a little sad, because it isn't able to do what it was meant to do... Maybe it's the same with people. If you lose your purpose... it's like you're broken"

[Hugo Cabret- Hugo.2011]

30 Mei 2012

Badminton

Oh yes, I am a huge fan of this sport, even though I have zero skill in playing it on the court.  But this sport has become one thing that I grew up along with.

I grew up watching this sport aired on all channels every time there was a world event where Indonesia took part. Together with the family, spectating on it through the television that in that time united to broadcast those events, whether it was a group event like Thomas and Uber Cup, Individual event such as All-England, Indonesian Open or multiple event which the most prestigious one is Olympic games.  Thought that's another form of "Unity" we had back then.

I don't know, every time I watch those athletes compete there some kind of fire and spirit that burns among the cheers and yells. Though the athletes themselves couldn't even hear us.

Ah, still remember it, the time when We, Indonesia, were so glorious. In the era of  1990's. 1994 and 1996 to be exact, We have this queen and this prodigy, Susi Susanti and Mia Audina. Not to miss those talented players suc as : Eliza, Zelin Resiana, Deyana lomban, Lidya Djaelawijaya, and Meiluawati which will make you say "Meilua who?" because i'm sure her name sounded unfamiliar. They brought out all of the potencies and fihting spirit to tear down "the great wall of china" which inhabited by world class player like Ye Zhaoying, Gong Zhicao, Zhang Ning. And the result is Indonesia seize The 1994 and 1996 Uber Cup. Even back then, this event echoed all over Indonesia, and the people so excited that one of my cousin named her newly-born daughter after Mia Audina, who won the final decisive match against Zhang Ning  and brought Indonesia to victory.

And of course, which is no less great, -even greater- with classy 5 times consecutive final winning and brougth Thomas cup to Indonesia since 1994 until 2002, We have brilliant single player such as Heryanto Arbi, Joko Suprianto, Ardy B.Wiranata, Hendrawan, even this young-talented Taufik Hidayat. And without any question, those double players recognized by Badminton world as the most creative and the best in its era, We have Ricky Subagja-Rexy Mainaky, Antonius-Denny Kantono, Gunawan-Bambang Suprianto, Chandra Wijaya-Sigit Budiarto, Tony Gunawan-Halim Haryanto.

Well, looks like it's been a long time we never heard such. Contrarily, not a while ago in the latest Thomas-Uber Cup event, Indonesia couldn't even make it to the semifinal. We are defeated in the quarterfinal by the team which is never counted as a formidable opponent, Japan. Especially for Thomas Cup event, this is the first time Indonesia can't reach the semis.

As a lay audience, I'm absurdly sad. It is just that I remember how excited I was back then, watching them playing impeccably. But now all I see that Indonesian players playing with no spirit and making so many unforced errors. Seemingly it's so easy for the opponent to gain every point.

Yeah, maybe it's true that people said everything has its own time. once in a peak position then in a lowest time. And for this time being, Indonesia is falling to its lowest time.


-Faithful Spectator-


29 Mei 2012

"I try to shield my children as much as I can from my profession because I just want them to see me as daddy."

"They will come to Munich. It’s fantastic. I’m very happy they are coming. But I hope they are proud of me not because of Saturday. I want them to be proud because they see me and their mother as good parents."

-Paolo Di Matteo-
(after winning Champions Cup)

18 Maret 2012

Aku tahu, kamu pasti tidak perduli dengan angka-angka bermakna itu

"kamu lebih penting dari tanggal-tanggal itu" 
Ah, itu gombalmu.



been six months today.....
dan merasa berada pada tahap yang dinamakan pacaran...

seratus delapan puluh hari sampai dengan detik ini,
dan lebih dari dua per tiganya dilewati membayangkan satu sama lain,
mendengar suara masing-masing lewat sebuah mesin.

waktu berlalu tanpa menunggu.

walau kadang suara tak mampu menggantikan ada,
meski argo pulsa berlari kencang bak kuda,
dan tiket pesawat yang membuat gaji tanggal satu ludes di tanggal dua.

Namun rindu itu bertahan disana..



Ini adalah anugerah
dan kami tahu bahwa sekarang, inilah jalan terindah


Alhamdulillah.....




"They say when you meet the love of your life, time stops, it's true. What they don't tell you is that when it starts again, it moves extra fast to caught up"
[Senior Ed. Bloom- Big Fish]



07 Februari 2012

Here, There, and Everywhere

Entah mengapa, setiap berada di ruang tunggu bandara, hasrat menulis saya mendadak kambuh. Seperti sekarang ini, ketika saya lagi-lagi berada disini. Ruang tunggu terminal B5 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Banyak alasan, menunggu itu membosankan dan saya butuh pembunuhnya. Apalagi kali ini saya sendirian, tanpa dia dan tanpa teman.


Judul diatas saya ambil dari salah satu judul lagu The Beatles yang sering saya dan dia dengar. Here, There, and Everywhere. Bagi saya, lagu ini memiliki makna yang cukup dalam terutama beberapa bulan kebelakang, tepatnya setelah menjalani kehidupan sesungguhnya, setelah satu bulan cuti karena alasan pernikahan. Saya dan dia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa kami tidak bisa hidup berdampingan setiap hari layaknya pasangan menikah normal. Oh, tentu saja kami normal. Maksud saya, normal dalam kehidupan pernikahan dimana suami istri seharusnya bersama sama dalam satu rumah.

Kami terpisah pulau, karena tuntutan pekerjaan. Saya tahu saya mungkin berlebihan. Banyak suami-istri seperti kami di luar sana dan mereka baik-baik saja dan berbahagia. Dan jangan salah, saya pun bahagia sebahagia-bahagianya. Never happier before. Hanya saja, saya yang tumbuh dengan kedua orang tua yang tak pernah berpisah lebih dari sehari kecuali ada alasan khusus yang mendasari, merasa ada sesuatu yang janggal dengan keadaan kami. Intinya, bagi saya kebersamaan dalam kehidupan pernikahan antara dua anak manusia yang saling mencinta exactly like what The Beatles said in that song. Bersama-sama dimanapun berada. Here, There and Everywhere.

Sebenarnya resiko ini bukan hal asing. Sejak menginjakkan kaki di kampus itu 5 tahun lalu, keadaan ini seharusnya sudah tidak menjadi hantu. Hanya saja, waktu itu saya masih muda ya, masih belasan dan masih naif. Hal-hal besar semacam pernikahan belum sampai melintasi kepala saya. Seiring bertambahnya usia, hal ini sempat terfikirkan namun hanya sepintas lalu. Hingga akhirnya saya benar- benar berada pada situasi itu. Ah, saya hanya banyak alasan. Kami seharusnya punya banyak pilihan dan Tuhan bukannya tak memberikan banyak kemudahan. Kepada kami, Dia sudah begitu dermawan. Hanya saja kami yang masih belum mampu mengambil keputusan. Pernah terfikir dalam benak kami agar saya resign, namun kami masih berlindung dengan berbagai pertimbangan.
It's kind of huge step, you know.

Dan pesawat saya pun boarding, tulisan ini akan saya sambung nanti. Now I have to make this phone offline.

10 jam kemudian, 4 Februari 2012 00.15
Dan inilah kemudahan-kemudahan dari Tuhan itu. Saya yang beberapa belas jam lalu masih terpisah pulau dengannya sekarang berada disampingnya tepat pada detik pertama hari ulang tahunnya dan menjadi orang pertama yang membisikkan "selamat hari kelahiran" di telinganya.

Dan dia tetap tertidur lelap.

Tidak sedikitpun terganggu dengan bisikan saya. Untungnya tak ada dengkuran, hanya desah nafasnya yang terdengar. Saya merasa bahagia bersamanya. Dan saya bersyukur atas dia yang kau kirimkan sebagai suami, Tuhan.

I want her everywhere and if she's beside me
I know I need never care
But to love her is to need her everywhere
Knowing that love is to share
Each one believing that love never dies
Watching her eyes and hoping I'm always there

Selamat hari lahir, Sayang.............
Meski di masa-masa sekarang kita tak selalu bisa bersama-sama dimana-mana,  
here, there, and everywhere, I will love you, always.

02 Januari 2012

"Cowok yang akhirnya menikah sama temennya, di awal-awal bakalan butuh penyesuaian memotret si cewek tangguh dan tahan banting yang selama ini dia kenal, jadi cewek yang manja suka minta peluk dan hobi ndusel-ndusel"

-http://wehateeachother.blogspot.com-