13 Desember 2011

Ada rasa yang tak biasa
berharap kau ada didalamnya
ah, hanya rasaku saja....


ternyata..
kau memang pernah ada
singgah sebentar disana
namun menghilang sekejap mata.........



#Allah, mungkin kami belum bisa dipercaya tapi kami tak henti-hentinya meminta semoga amanah itu tiba...

09 Desember 2011

an optimist

Tintin : We've got bad news. We've only got one bullet.
Captain Haddock : What's the good news?
Tintin : We've got ONE bullet.

-The Adventures of Tintin -

08 Desember 2011

Leaving on a Jet Plane (Part II)

Well, here i am again, Soekarno Hatta Airport, Cengkareng. Approximately 2 hours from now i'll be on my flight that'll bring me back to Palembang and he's as usual, with newspaper on his hand and because i don't have anything to read, writing then i am. I've been so friendly with airports for this month. Within two weeks , i've been here at Soekarno-Hatta for three times, Adi Sucipto twice, Ngurah Rai twice, H.A.S Hannadjoedin twice.



Never been as often before. What? Honeymoon? Let me think it first.....

Yeah, let say it's a honeymoon because it's a trip right after we' re getting married and that's honeymoon supposed to be. But, it's not a common honeymoon. You know, traveling with those romantic stuff in it. I'd love to call it an adventure, just married adventure.



First destination was Jogjakarta. Actually, Jogja was unintended. We had to go to jJgja because there an airport is. My husband origin is from Sragen, 2 hours from Jogja and to reach Jogja we have to go by train. We planed to go at 15.00 because our plane boarding at 21.00 and i wanted to spend some times looking around Malioboro. But, unfortunately the Madiun express AC schedule was only at 07.00 and 17.00. And there's only the economy one. And then i had an idea, "why don't we take the eco train". He was looking at me in hesitation and he was about : "for me, it's OK. But bringing you in eco?". Then i said, "it's OK, I've been in economy from Madiun to Jakarta. And i sleep tightly during the trip."



Finally, we took it. And the fact, the train was so crowded that there was no seat left. Even it was hard to move my body. Luckily, some people stopped at Solo Jebres leaving a single seat, and i was free from standing. But still, he had to stand because only one seat left. Hot, crowded and sweaty. Perfect. But still, i was happy and enjoyed it. As long as with him :-p.



Next destination was Bali. There was only one flight to Bali from Jogja. At 20.50 WIB and arrived at 22.50 WITA. Lucky us, my friend have booked us a room and transfer in to a hotel (makasih, Yanti ^^) and the next day my brother, his wife and his two children arrived, and we had a family holiday then :-D. We checked out from the hotel and with another friend of mine help (makasih, Elok^^) we had a car rent and driver and transferred to another hotel in front of Kuta Beach . And there we went, to Tanjung Benoa and Uluwatu. But then, we found out that Bali equals Jakarta in traffic jam, and it's not flexible exploring it by car. So, we decided to rent a motorbike (of course it's cheaper! :-D). And the adventure began. And in this two wheels vehicle, we've been through the sun and the rain. From Bedugul to Tanah Lot, from Sanur to GWK and Dream Land, from Nusa Dua to Jimbaran. Ah, maybe it's strange but believe it or not, that was my dream honeymoon :-D.



And finally, Belitung. I don 't know it should be Belitung or Belitong, but I prefer to call it Belitung. This land of Laskar Pelangi was our final destination. We went to 3 beautiful beaches, one of them is Tanjung Tinggi where sang Pemimpi and Laskar Pelangi filming located. Actually, we planned to go to Manggar, Gantung. A place which suddenly become famous because of Andrea Hirata's. But, we ran out of rented car. There's a program entitled "sail wakatobi-belitung" which makes all rented car full booked. But, it's OK. I'll definitely come back to this land..



#11 Oktober 2011, Terminal C5 cengkareng.
10 minutes more to boarding.

Leaving on a Jet Plane

Saya baru menikah. Lebih kurang 20 hari. Penganten baru kalo kata orang. Masih seumur jagung, belum ada apa-apanya. Rasanya untuk berbagi pengalaman, saya blm banyak makan asam garam. Masih anak kemarin sore, masih ingusan. Tapi tenang, tulisan ini bukan untuk berbagi pengalaman atau nasehat, hanya sebuah cerita singkat pengisi jeda hingga sebuah burung besi raksasa berlabel "sriwijaya air" menerbangkan saya.



On being a bride :

Beberapa hari sblm akad nikah, beberapa teman mengirimkan pesan singkat lewat media sms, bertanya apakah saya deg-degan. Saya menjawab tidak. Saya tidak berbohong. Saya tidak deg-degan. Jantung saya tetap bergerak normal, tidak lebih cepat, lebih lambat apalagi berhenti. Bahkan ketika malam sebelum hari H, seorang teman meng-sms dengan pertanyaan yg sama. Saya lalu mencoba meraba-raba hati dan menilai-nilai rasa, tetapi detak itu tetap bergerak selaras seperti biasa tanpa percepatan. Apakah calon pengantin seharusnya deg-degan? Ah, saya tidak tahu. Yang saya tahu hanyalah pada malam itu kedua kelopak mata saya tetap terbuka lebar hingga dini hari dimana jarum jam menunjukkan waktu pukul empat pagi.

Dan aesan gede yg bertengger di kepala saya ketika resepsi itu, tidak ada yg memberi tahu saya betapa beratnya harus tetap tersenyum dengan kepala berdiri tegak dan anggun dibawah himpitan mahkota besi kuningan. Tiga puluh menit pertama, kepala saya pening, mungkin karena aliran darah menuju kepala terhenti dan yg ada di otak saya ketika itu adalah kapan acara ini berakhir dan saya terbebas dr penderitaan ini. Namun lama kelamaan kepala saya kebas dan mati rasa, hingga rasa sakit itu lenyap dan saya bisa tersenyum lega. Ah, walau begitu tidak apa-apa, saya rela. Toh, ini acara sekali seumur hidup saya. Memakai aesan gede itu lebih berharga dr sekedar pening yg tidak seberapa.



On being a wife :

kata orang, seorang istri harus pintar memasak untuk suaminya. Oh, tentu saya bisa memasak. Tetapi untuk pintar? Ada jurang besar diantara kedua kata itu. Contoh bisa : masak nasi di magic com, masak air, masak mi instan. Contoh pintar : masak pindang meranjat, sapi lada hitam, ayam rica-rica, cap cay, rendang, soto dll. See, ada perbedaan besar disana. Masakan pertama saya ketika menjadi seorang istri adalah nasi goreng. Nasi goreng tak bernama, tp untunglah bukan tak berasa. Suami saya memakannya dengan lahap hingga habis. Mungkin kelaparan karena waktu itu sudah jam 10 pagi. Masakan kedua adalah ketika di ruamah mertua. Emak dan Bapak pagi-pagi pukul setengah 6 sudah berangkat bekerja dan adik ipar saya yang masih duduk di bangku SD pun sudah berangkat sekolah. Jadilah kami tinggal berdua di rumah. Ternyata emak sudah menyiapkan beberapa ikan untuk saya masak (untunglah ikannya sudah di siang :-D). Namun, saya bingung mau saya apakan ikan- ikan yg sudah pasrah tak bernyawa itu. Akhirnya, ikan-ikan itu saya kembalikan ke freezer dan saya memutuskan untuk menghangatkan sisa lauk tadi malam :-D. Pukul 12 siang bapak mertua saya pulang. Ternyata beliau kuatir saya tidak bisa memasak sehingga bingung dgn ikan-ikan itu. "td emak mau masak, tp siapa tw dian bisa masak, tp bapak kuatir nanti ndak bisa masak trus ndak makan" (ternyata bapak mertua saya faham dengan kualitas diri saya). Karena tidak ingin mengecewakan, saya pun dgn pedenya memberanikan diri untuk memasak. Semua bahan saya gunakan dan long story short, ikan goreng sambal siap disantap. Saya tidak tahu menurus standar permasakan apakah masakan saya itu telah memenuhi standar. Yang jelas, suami saya berkata "enak :-D" dan makan siang dengan lahap. Dan jarum jam menunjukkan pukul 13.30 hehehe. Entah karena memang sudah kelaparan, entah karena tidak ingin mengecilkan hati saya, entah karena takut saya ngambeg dan akan mendiamkannya, entah karena masakan saya memang enak :-p.

For whateverthat means....

terimakasih, Sayang.



Ah, pesawat saya sudah boarding.....



# Jumat , 07 Oktober 2011
ruang tunggu terminal B5 cengkareng. Sembari menunggu penerbangan menuju tj. Pandan dan dia sedang sibuk membaca koran dengan headline "good job, steve jobs".