25 Maret 2010

Ketika Ayah Sakit

Laki-laki itu ternyata sensitif
namun tidak pernah menunjukkan dan akan selalu berpura-pura kuat

Baru menyadari itu ketika Ayah saya sakit


Ayah saya yang dari foto album masa mudanya terlihat begitu gagah di mata saya
ayah saya yang selalu siap sedia kemana-mana, ngojek motor ataupun sopir mobil demi Ibu dan saya,
Ayah saya yang keliatan menyeramkan dengan kumis dan jenggot tebal kemana-mana
Ayah saya yang selau ribut jika adzan Magbrib berkumandang saya belum di rumah, namun tidak berkata apa-apa ketika putri satu-satunya ini tiba


Ketika beliau sakit, entah mengapa beliau menjadi lebih perasa
Hampir setiap pagi bertanya,apakah kakak saya yang sekarang berada di Malang bersama keluarga kecilnya menelpon


Dan satu cerita Ibu minggu sore kemarin yang membuat air mata saya meleleh bahkan hanya mengingatnya

Begini duduk perkaranya :
Once upon a time... (halah, apa ini)
dalam perjalanan Palembang-sekayu minggu kemarin, saya menelpon Nomer Ibu Saya
tapi ternyata Ayah yang menjawab..

Sebagai Informasi, Lokasi tempat saya bekerja itu, mencapainya harus melewati dusun-dusun dan desa-desa
Bahkan Simpati yang sinyalnya kuat, begitu dekat dan begitu nyata yang provider lain tak mampu menandinginya ;-D (saya tidak dibayar, sumpah....)
nyata-nyata tidak bisa mengcover desa yang saya lewati..



Itulah sebabnya mengapa terjadi miskomunikasi anatara saya dan Ayah
Saya bisa mendengar dengan jelas suara Ayah saya, tapi sekuat tenaga saya menjawab, beliau tidak mendengarnya, beliau hanya mendengar suara ribut-ribut obrolan saya dan teman-teman. Dan karena komunikasi yang hanya searah itu, Ponsel pun saya matikan..


Saya tidak pernah berpikir bahwa ternyata itu membuat hati Ayah terluka,
praduga berkeliaran di kepalanya
bahwa sang putri satu-satunya acuh kepadanya
bahwa si tewok kesayangannya ini lebih memilih berbicara kepada teman-temannya dibanding dia
bahwa bla...bla....bla.....

air mata saya menetes begitu saja mendengar Ibu bercerita
ah, ayah....
tidak mungkin saya berbuat seperti itu teganya
bahkan, tidak pun terpikirkan


Tetapi anehnya,
ketika sampai di rumah sakit tidak satu katapun tentang perasaannya yang dia ucapkan kepada saya..
yang ada hanyalah pertanyaan apakah perjalanan saya baik2 saja dan apakah si sopir travel mengantar sampai ke rumah..

dan menunjukkan kepada saya bahwa ayah sudah bisa berdiri dan berjalan kembali sperti semula
itu saja....



Ya,,
mungkin benar
Even in the weakest point in his life, Men never want to be seen weak especially in front of his beloved ones...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar