27 Mei 2009

Ibu saya

Selalu saja ga pernah bosan untuk mendengar ceritanya ketika mengurai kenangan lama.
walopun serasa dejavu, karena seringnya diceritain
tp tetep g pernah tega untuk g dengerin,
Lagipula melihat bagaimana mata wanita 50an tahun itu berbinar
membuat saya selalu saja terhipnotis bak mendengar cerita dongeng.

Setiap malam pulang dr kantor, selalu ada "ritual" tiduran berdua di kamarny bercerita kejadian sehari ini dan kadang mengurai kembali memori2 lama
yg tdk mampu direkam otak bayi saya.

Bagaimana beliau menyetop menyusui saya
(kecil-kecil begini saya minumnya ASI lho waktu bayi)
ketika saya berumur dua tahun dengan trik jitu memakai obat merah.
Sedih, ucapnya. Melihat saya menangis. Tp apa mw dikata,
memang sudah waktunya disapih.

Ketika ia bercerita ada tiga fase cara dian menghadapi konfrontasi kakakny ketika rebutan karet waktu kecil.
Saya sempat berfikir bahwa teman2 saya yg sering berkata bhw saya aneh,
ad benarnya juga..

#1
sang kakak datang tiba2 mengganggu dian yg sedang asik bermain karet, karet gelang. Itu lho tali lentur yang sering jadi alat pengikat, sering dijadikan mainan juga oleh anak-anak kampung seperti saya.
Dian dan kakaknya berebut mainan murah itu sampai akhirnya Dian menangis dan kalah.

#2
dari kejauhan dian melihat kakaknya datang dgn mimik muka akan merebut karet
(saya juga kurang pasti bagaimana raut muka kakak saya waktu itu, wong saya g inget) Ini kan cerita Ibu. Dian lngsg membereskan smw karetny, menyusunny.
Dan ketika sang kakak tiba, tanpa diminta dian menyerahkan lngsg smw karetny.

#3
sang kakak datang dan mw merebut lg karet2 itu.
Namun, dian trnyt mempertahankan karetny dgn sekuat tenaga, banting tulang dan memeras keringat (yang ini hiperbola saya saja).
Terjadi tarik menarik namun tak ada yg mengalah.
Hingga karet2 itu putus, dian tetap bertahan....

Dian waktu umur 2 tahunan sudah hafal ayat kursi
padahal ibu sama sekali tidak mengajarkan langsung.
Hanya saja dian mungkin sering mendengar ibu membacanya setelah shalat.
Ibu sbnarny g tw kl dian hafal tp bu karim, tetangga yg memberi tw.
Pas dian lg nunggu ibu belanja di warungny, dian ngoceh2 sendiri dgn lidah cadelny. Lama2 bu karim sadar kl yg dian ocehin itu ayat kursi "awahuwaiyahaiya huwalayumkoyum yatakujuhucinatuwayanyaum" kira2 bgtlah pelafalan lidah cadel dian.
Ini kisah yang cukup membuat saya bangga lho.
Maklum, spertinya di umur yang sudah setua ini, tidak mungkin lagi bisa menghafal satu ayat panjang ataupun surat pendek dengan metode seperti itu.


Sudah berpuluh2 kali ketiga kisah ini saya dengar.
Tapi, beliau tidak pernah bosan untuk bercerita dan saya belum pernah jenuh mendengarnya.


Ibu yg mengingat setiap detil saya sewaktu kecil.

Ibu yg walopun telah membesarkan saya selama 23 tahun dan telah tumbuh menjadi gadis dewasa tetap menganggap saya gadis kecilnya.

Ibu yg masih menyuapi saya hingga sekarang.

Ibu yg walaupun setiap pagi harus ke sekolah untuk mengajar namun tak pernah lupa membuatkan sarapan.

Ibu yg walaupun habis bekerja diluar seharian masih sempat membuat jus semangka ataupun es melon untuk anaknya yg br pulang.


Ibu saya, ibu saya..



Who should I give my love to, my respect and my honor to? After Allah and Rasulullah. Comes your mother, who next? your mother, who next? your mother. And then your father [Rashid Ahmed Bhikha- your mother]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar