Sudah 49 hari sejak peristiwa dini hari itu. Kamu pun sekarang
telah tumbuh menjadi bayi perempuan cantik ber-pipi gimbul yang lucu.
Tapi, tak apa-apa, tidak mengurangi antusiasku untuk bercerita tentang
kedatanganmu ke duniaku.
04 Februari 2013 dini hari, adalah waktu yang aku rencanakan untuk
menelpon ayahmu dan menjadi orang pertama yang memberi ucapan di hari
lahirnya. Tapi beberapa menit sebelum itu, aku merasakan mules yang
teramat sangat. Kupikir aku ingin buang hajat. Ternyata, gerakanmu-lah
penyebabnya. Kamu pun memberi tanda merah bahwa kamu sudah ingin keluar
melihat dunia.
"Mas, aku mules. Keluar flek". Aku menelpon ayahmu. Melupakan hari
ulang tahunnya. Ayahmu langsung menyuruhku untuk membangunkan
kakek-nenek dan segera ke rumah sakit, namun entah mengapa belum
kulakukan karena aku merasa mules ini biasa saja, tidak lebih sakit dari
nyeri bulananku. Pukul tiga dini hari, baru kubangunkan kakek-nenek,
memberitahu bahwa aku mules dan keluar flek. Mereka langsung bersiap
membawaku ke RS, aku masih berkata "kagek be buk berangkatnyo, pagi be.
Idak pulo sakit nian". Tapi sejurus kemudian rasa itu mulai tak
tertahankan dan kami langsung berangkat.
Di ruang UGD, sang bidan mengatakan bahwa sudah bukaan lengkap, dan
1-2 jam lg bayinya akan lahir. Wow, surprise, bukaan lengkap? Kapan
bukaan 1,2,3 dst? Aku mulai mengumpulkan tenaga dan komat kamit berucap
doa yg bisa kuingat.
Aku dibawa ke ruang tindakan, dan kamu tahu, waktu itu rasa sakit
sampai ke ubun-ubun. Tasbih, tahmid, takbir dan tahlil semua terucap.
Namun sang bidan belum mengarahkan untuk mengejan. Ternyata meski bukaan
sudah lengkap, kamu belum mau turun, Sayang. Kepalamu sama sekali belum
terlihat.
Satu jam, dua jam terlewati. Hingga pagi tiba, menjelang siang, dan
siang, kamu belum juga mau turun. Aku masih keukeuh untuk melahirkanmu
dengan normal. Bukannya apa-apa, aku takut di operasi. Membayangkan ada
benda tajam mengiris tubuh membuatku bergidik.
Namun, rasa sakit itu mulai tak tertahankan. Semua ucapan yang
tadinya lirih mulai keluar dengan volume teriakan. Nenekmu sudah tidak
tahan melihat kesakitanku, dan memutuskan untuk dilakukan SC. Ayahmu
saat itu masih dalam perjalanan dan belum sampai di RS untuk menemani.
Aku pun menyetujui untuk dicaesar. Ketakutan itu akhirnya kalah terhadap
rasa sakit.
Dan akhirnya aku di operasi. Ternyata,aku tidak dibius total dan
masih sadar dan dapat mendengar suara-suara tim dokter yg melakukan
tindakan. Tidak berapa lama aku mendengar suara tangis kencangmu dan aku
sempat melihat jam dinding di ruang operasi menunjukkan pukul satu
siang.
Suster memperlihatkanmu kepadaku. Kamu merah. Aku menciummu. Kamu menangis. Aku menangis. Kamu anakku. Aku mencintaimu.
04 Februari 2013 - 13.00
Hari ini tanggal lahir ayahmu, Nak. Dan kamu amanah terhebat dan terindah dari Allah untuknya, untukku, untuk kami.
Hanifa Ahsanu Nadiyya.
Doa kami untukmu agar kamu menjadi manusia yang lurus jalannya menuju tempat yang baik dan indah.
Aamiin, aamiin, aamiin.