26 Maret 2013

untuk Nadiyya

Sudah 49 hari sejak peristiwa dini hari itu. Kamu pun sekarang telah tumbuh menjadi bayi perempuan cantik ber-pipi gimbul yang lucu. Tapi, tak apa-apa, tidak mengurangi antusiasku untuk bercerita tentang kedatanganmu ke duniaku.

04 Februari 2013 dini hari, adalah waktu yang aku rencanakan untuk menelpon ayahmu dan menjadi orang pertama yang memberi ucapan di hari lahirnya. Tapi beberapa menit sebelum itu, aku merasakan mules yang teramat sangat. Kupikir aku ingin buang hajat. Ternyata, gerakanmu-lah penyebabnya. Kamu pun memberi tanda merah bahwa kamu sudah ingin keluar melihat dunia.

"Mas, aku mules. Keluar flek". Aku menelpon ayahmu. Melupakan hari ulang tahunnya. Ayahmu langsung menyuruhku untuk membangunkan kakek-nenek dan segera ke rumah sakit, namun entah mengapa belum kulakukan karena aku merasa mules ini biasa saja, tidak lebih sakit dari nyeri bulananku. Pukul tiga dini hari, baru kubangunkan kakek-nenek, memberitahu bahwa aku mules dan keluar flek. Mereka langsung bersiap membawaku ke RS, aku masih berkata "kagek be buk berangkatnyo, pagi be. Idak pulo sakit nian". Tapi sejurus kemudian rasa itu mulai tak tertahankan dan kami langsung berangkat.

Di ruang UGD, sang bidan mengatakan bahwa sudah bukaan lengkap, dan 1-2 jam lg bayinya akan lahir. Wow, surprise, bukaan lengkap? Kapan bukaan 1,2,3 dst? Aku mulai mengumpulkan tenaga dan komat kamit berucap doa yg bisa kuingat.

Aku dibawa ke ruang tindakan, dan kamu tahu, waktu itu rasa sakit sampai ke ubun-ubun. Tasbih, tahmid, takbir dan tahlil semua terucap. Namun sang bidan belum mengarahkan untuk mengejan. Ternyata meski bukaan sudah lengkap, kamu belum mau turun, Sayang. Kepalamu sama sekali belum terlihat.

Satu jam, dua jam terlewati. Hingga pagi tiba, menjelang siang, dan siang, kamu belum juga mau turun. Aku masih keukeuh untuk melahirkanmu dengan normal. Bukannya apa-apa, aku takut di operasi. Membayangkan ada benda tajam mengiris tubuh membuatku bergidik.

Namun, rasa sakit itu mulai tak tertahankan. Semua ucapan yang tadinya lirih mulai keluar dengan volume teriakan. Nenekmu sudah tidak tahan melihat kesakitanku, dan memutuskan untuk dilakukan SC. Ayahmu saat itu masih dalam perjalanan dan belum sampai di RS untuk menemani. Aku pun menyetujui untuk dicaesar. Ketakutan itu akhirnya kalah terhadap rasa sakit.

Dan akhirnya aku di operasi. Ternyata,aku tidak dibius total dan masih sadar dan dapat mendengar suara-suara tim dokter yg melakukan tindakan. Tidak berapa lama aku mendengar suara tangis kencangmu dan aku sempat melihat jam dinding di ruang operasi menunjukkan pukul satu siang.

Suster memperlihatkanmu kepadaku. Kamu merah. Aku menciummu. Kamu menangis. Aku menangis. Kamu anakku. Aku mencintaimu.



04 Februari 2013 - 13.00

Hari ini tanggal lahir ayahmu, Nak. Dan kamu amanah terhebat dan terindah dari Allah untuknya, untukku, untuk kami.


Hanifa Ahsanu Nadiyya.
Doa kami untukmu agar kamu menjadi manusia yang lurus jalannya menuju tempat yang baik dan indah.
Aamiin, aamiin, aamiin.